English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic

I'm Moving-on

MOVE ON
Kadang, 2 kata simpel ini bisa bikin orang ga waras. Segala sesuatunya itu selalu dikait-kaitkan dengan masa lalu, terutama mantan.
Mau makan, inget mantan yg dulunya pernah suap-suapan & sepiring berdua walau hasilnya ga kenyang, tapi yg penting mesra. Mau jalan keliling kota, teringat simantan lagi karna dulunya pernah diajakin keliling-keliling makan angin bareng. Mau ngerjain tugas, lagi-lagi inget mantan soalnya dulu pernah malming ngerjain tugas bareng mantan. Semua serba ingat mantan.
Bawaannya itu mellow aja setiap denger musik berirama lembut dan pelan. Bahkan lagu Hymne Guru juga bisa bikin nangis, mungkin karna liriknya sedih, atau kesempatan aja pura-pura sedih menghayati lirik, padahal menangisi nasib sendiri.

Ketika kita masih belum move on dari mantan, kita adalah manusia yang sangat hina. Kenapa harus mengingat masa lalu? Emang punya kantong doraemon buat balik ke masa dulu? Come on, guys! Semua udah berlalu, mantan itu adalah seseorang yang kurang beruntung untuk berada disamping kita seumur hidupnya. Lihat saja kura-kura, walau jalan sangat lamban, tapi sekali pun dia tak pernah melihat ataupun mundur kebelakang. Masak kalah sama kura-kura? Mau jadi apa gedenya ntar?

Ya, gampang banget emang ngomong yang kayak barusan. Tapi, karna tidak dalam situasi patah hati karna pisah dengan orang yang disayang (pacar yg berganti gelar menjadi mantan) maka, sangatlah mudah ngoceh kepada kaum un-movingon.
Gue, kira-kira lebih dari setahun yang lalu, putus sama mantan yang kemarin itu paling gue cintai. Hancur. Kata yang tepat untuk menggambarkan kehidupan gue pasca putus, segalanya gue rasa hambar. Bawaannya pengen nangis aja, ngerasa gue makluk paling malang. Karna telah membiasakan tergantung pada lelaki yang satu itu.
Ga mudah ngejalani proses move on. Gue selalu dapet wejangan-wejangan dari temen-temen, bahwa pasti ada yang lebih baik dari dia.
Disitu gue mikir positif, mau sampai kapan gue begini?
Dan kemudian, gue ngejalani hidup dengan wajar dan membiasakan diri untuk menjaga hati agar ga mellow-mellow lagi, gue nyari kesibukan, gue sering-sering hang-out sama temen-temen. Merasakan indahnya persahabatan, merawat diri, berkenalan dengan laki-laki lain dan membatasi buat sementara tidak jatuh cinta.
Gue menikmati semua nya.
Disitu, gue sadar, bukan hanya pacar yg bisa buat kita bahagia, bukan hanya dia yang sayang sama kita. Lihatlah, begitu banyak yang care sama kita, sahabat-sahabat kita akan selalu ada ketika kita terpuruk seperti itu. Satu lagi, kita telah terlalu mencintai orang lain, sehingga lupa, lupa untuk mencintai diri sendiri. Guys, dulunya kita selalu terikat dan terlalu sibuk mengurus orang lain, sekarang lihat diri kita, apakah pernah memanjakan pribadi kita? Atau membiarkan kita mengambil keputusan atas perintah kepala sendiri? Contoh simpelnya saja, coba jalan sendiri ke suatu mall, belanja apa yang kepala inginkan dan apa yg hati perintahkan dan dengan dikontrol oleh hati nurani. Semua akan berjalan dengan baik, tidak seperti selama ini, kita bagaikan robot yang dikontrol oleh mantan, tidak boleh seperti ini, seperti itu, padahal itu berlainan dengan keinginan sendiri.

Sekarang, gue bener-bener move on. Hal nyatanya saja, dulu gue suka stalking segala kegiatan mantan. Sekarang? Gue biasa aja ketika tau dia jadian dengan pacar barunya. Dan hati gue tenang aja, otak gue cuma ngomong 'oh, gitu ya?'
Gue semakin yakin, gue udah move-on
Emang bener kata-kata

"Biar waktu yang menjawab"
Iya, biarkan semua berjalan sesuai dengan masa nya, hati yg kosong akan terisi, hati yang terisi akan kandas perlahan, dan begitu seterusnya, sampai ketika hati itu akan terisi dan tetap utuh, untuk yang dinamakan cinta sejati.

Happy Birthday, Meme'!

 24 Mei 2012.
Hari ini temen skaligus sahabat gue Melvita Sari genap 21 tahun. Si anak tunggal yang ga pernah berani main tunggal kemana-mana dan harus ditemeni skalipun itu mau cuci tangan di Kfc ini akrab dipanggil Memei, kadang juga huruf i diganti jadi k. *eja sendiri*

Lucu rasa nya, udah 21 tahun aja si Meme ini. Ya walau gue lebih tua 5 bulan, tetep aja wajah gue lebih muda 5 tahun dari dia. *ini tulisan gue, terserah dong mau nulis apa* muahahahaha.

Jam satu-an malem gue ngucapin ultah buat dia, dibaca nya pagi jam 7 pagi. Dia bilang 'makasih ya, Lobak :* ({}) ' apa pula itu emot nya peluk2 sama cipok2. Jijay gue begituan sama elo!
Nah, tadi kita kuliah sampe siang.
Setelah itu kita rayain Ultah nya di luar, pertama makan siang dulu disebuah junk food yg berlogo kakek2 ketawa, sebelum mesan makanan, kita diskusi dulu. Menu apa yg mau dipesan. Dan akhirnya menu terbaik saat itu adalah, ayam pake nasi+pepsi, ya karena menunya cuma itu. -__-
Lalu kita berunding lagi, keputusan pun tepat pada sasaran, kita pesan paket attack!
Setelah itu masing2 kita ngumpulin duit merah ke pink2an. *loh bukannya dibandarin?* *udah diam aja dulu*
Makananpun datang, kita makan dengan lahapnya, ya lahap seperti anak punk yg belum makan dari Smp.

Karena sudah kenyang, kita pun ngantuk dan masang tikar untuk tiduran. Lalu kita diusir oleh mbak2 penjaga kaepci tersebut.
Karena bingung mau kemana lagi, akhirnya kita pun berniat ngamen dan nyasar di Happy Puppy. Disitulah akhirnya kita ngamen 3 jam dan memakan habis kue tart-nya si Meme-k. *ini ngamen apa karokean?*
Kita pulang, kita nyampe kost, dan kita habisi meme dengan sekilo tepung roti dan selusin telor ayam.
Hasilnya, kostan bau amis, jorok dan disertai oleh orang-orang hina yang tertawa bodoh dengan baju yg kotor dilumuri telur dan tepung.

Udah itu aja ceritanya.

Oh iya, gue mau nambahi dikit

Hmm
Me, aku ngucapin slamat Ulang Tahun yg ke 21, WUATB, STNK, DLLAJ-RI, SIM, KTM, KTP.
Gausah pikirkan huruf-huruf gede barusan, aku hanya coba mengingat kembali singakatan-singkatan itu smua. Yang pastinya, aku berharap yang tebaik buat mu, buat mamak-bapak mu yg dirumah, yg selalu merindukanmu buat pulang tiap minggu. Berikan yg terbaik buat mereka, hanya kau harapan mereka, jangan mengecewakan harapan-harapan yang telah diukir indah dibenak mereka selama 21 tahun terakhir ini.
Semua sayang samamu, Tuhan, orangtua, pacarmu si Ivan Bachdim *eh, teman-temanmu diTebing, terlebih lagi kami-kami orang paok yang tak seberapa ini. Renungkan apa yg akan kau hadiahkan kepada kami yang sayang samamu. Apa itu, yang pasti kebahagiaan kami ketika melihat kau sukses dan mencapai cita-cita yang membuat kami bangga kpadamu.
Udah 21 tahun Me, udah dewasa, jadi emak-emak pun cocok. Tapi kau belom cocok lah, jalan sendiri aja kau ga brani, harus gandeng-gandeng tangan orang setiap jalan. -__-
Tambah dewasa ya Me, slalu ingat Tuhan dalam suka atau duka.
Kalo kita, setahun lagi nya gini bareng-bareng kuliah, stelah itu udah, punya kehidupan masing-masing. Walaupun singkat, ya aku harap kita bisa menjaga tali silaturahmi dan mengingat kekonyolan yang tiap hari kita lakukan.

Sekian dan Selamat Ulang Tahun.

Hal yang Membuat Kita Semakin Bersyukur

...
Gue tersenyum kecil sambil memandangi foto demi foto yang diambil dari blackberry gue tadi sore menjelang malem.
Jelas terlihat senyum imut dan polos para anak-anak rel sambil menirukan gaya khas sebuah girlband populer Indonesia, mereka membuka kedua telapak tangan, menyatukan kedua pangkalnya, dan menaruhnya dibawah dagu, membentuk huruf V.

Akhir-akhir ini gue lagi aktif di sebuah LSM, bernama ADRF (Asia-Afrika Destitute Relief Foundation) yang berpusat di Korea Selatan. Sebuah LSM pendidikan bagi anak-anak yang kurang mampu akan diberikan Class After School atau sebuah les semua mata pelajaran, termasuk kesenian dan budaya. Tim pengajar adalah mahasiswa-mahasiswa sebagai volunteer (sukarelawan) dari berbagai Universitas di Medan. Ya, ADRF ini masih baru dimulai hampir setengah tahun di Indonesia dan satu-satunya berada di Medan yakni di Jln. Ampera, perumahan Rafles (dekat Umsu glugur). Sengaja mengambil lokasi disini karena jarak Center (kami nyebut LSM tersebut) dengan rel KA agak dekat. Dengan itu, kami membimbing kira-kira 150 anak yang diberikan les sore mulai dari kelas 1 SD s/d 2 SMP.

Kebetulan tadi kami ingin mendata beberapa murid yang dianggap bukan 'kurang mampu', tetapi memang 'tidak mampu' terutama dalam biaya pendidikan.
Kami mendatangi satu per satu rumah murid yang kami maksud.

*nama anaknya gue samarin

Sella, seorang anak kira-kira berumur 10 tahun, anak ke 6 dari 6 bersaudara. Gue memandang rumah yang terbuat dari papan-papan kecil yang ukuran papan satu lain dengan yang lainnya. Seperti sisa-sisa potongan-potongan kayu yang tidak dipakai lagi. Rumah tidak ada cat, dan lusuh. Sepertinya sudah berdiri belasan tahun yang lalu, gue dan volunteer lainnya permisi dan masuk kerumah tersebut, Ibu Sella menyambut dengan baik. Lalu kami mulai berbincang-bincang masalah pengeluaran anak tersebut. Beliau seorang pembantu rumah tangga dan kadang memasak dari rumah yang satu ke rumah yang lainnya. Ayah Sella sudah tidak ada, maka beliau menafkahi anaknya harus membanting tulang. Beberapa anak beliau ada yang sekolah, dan ada yang tidak, kembali lagi dengan alasan biaya pendidikan yang tidak ada. Gue diem, sambil memandangi setiap sudut rumah kecil itu yang menurut gue sudah sangat perlu di renovasi. Mungkin, sedikitpun tidak ada niat beliau untuk renovasi rumah, makan saja bagi mereka sudah cukup bahagia walau ketika hujan mereka harus menyiapkan banyak ember untuk menampung air bocor.


Rian, anak cowok yang berbadan kecil ini nonton sambil tiduran di depan TV memakai sarung lusuh. Kami mengetok pintu, Rian menoleh dan menyapa, ketika kami bertanya dimana orang tuanya, dia mengatakan kalau Ibu dan Ayahnya sedang di pasar berjualan. Gue dan yang lain bingung, semalam ini dipasar? Padahal itu sudah pukul sembilan malam. Setelah nanya-nanya ke Rian, ternyata orangtuanya berjualan dipasar dan biasanya pulang pukul 11 malam, jelas, ketika Rian sudah ketiduran dan masih di depan TV yang menyala.


Putri, seorang murid SMP dan memiliki adik kls 1 SD. Kali ini gue benar-benar shock, kedua orang tua mereka buta. Ya, buta keseluruhan, benar2 tidak bisa melihat apa-apa, hanya gelap. Disitu gue benar-benar kagum sama orangtua mereka, walaupun cacat, buta, tetapi mereka bukan buta hati dan pikiran. Sebagaimana pun caci-makian atau ejekan dari orang lain, mereka hanya diam dan mencari nafkah yang halal buat anak-anaknya. Ketika ditanya masalah pendidikan, mereka antusias dan kelihatan sangat mendukung perkembangan pendidikan anak-anaknya. Salut, gue sampai pengen nangis apalagi ketika melihat Ibunya hanya ingin duduk saja, harus meraba-raba letak kursi. Mencari kursi untuk duduk saja sangat sulit baginya, bagaimana dengan mencari nafkah yang bagi orang normal saja sangat sulit, bagaimana dengan dia?


Jovi, rumah terakhir yang kami datangi, seorang Ibu sedang makan sendirian diruangan sempit dan bau yang mereka sebut itu ruang depan atau ruang tamu. Makan malam Ibu itu terganggu karna kedatangan kami, tetapi dia tidak masalah dengan itu, malah bersenang hati menyambut kami. Kami menanya keberadaan Jovi, beliau berkata Jovi lagi main dibelakang dengan temannya.
Jovi adalah anak didik kami yang lain dari anak lainnya, taraf (tingkat) kecerdasan berpikir yg sangat rendah (IQ lebih kurang 25); daya pikir yg lemah sekali. Kata lainnya, Idiot. Dia sudah pernah mencoba untuk sekolah di sekolah biasa, maksud Ibu Jovi menyekolahkannya, agar Jovi bisa berinteraksi dengan teman-teman sebayanya tanpa rasa takut dan minder. Kalau masalah pandai belajar, Ibunya sudah tidak berharap lebih, tetapi hanya ingin meningkatkan sosialitas Jovi kepada yang lainnya. Empat tahun di SD, Jovi masih di kelas 2. Tetapi, menurut cerita Ibunya, Jovi tidak mau sekolah lagi karena Gurunya sering memberikan hukuman fisik kepada Jovi karena melanggar peraturan.
Ingin pindah sekolah, tidak ada yang menerima, ingin menyekolahkan ke SLB? Tidak mungkin, itu hanya mimpi saja, mahalnya biaya SLB menjadi alasan tepat untuk tidak melanjutkan pendidikan.

Kata beliau, Jovi suka bermain bola dan ingin gabung dengan tim bola di sekitar lingkungan rel tersebut, tetapi ditolak karena Jovi sulit untuk sportive dan tidak memahami betul peraturan dalam bermain bola. Ibunya ingin anaknya normal seperti anak yang lain, ingin melihat Jovi tumbuh menjadi anak laki-laki yang tangguh, dapat menemani dan melindungi Ibunya, tetapi beliau juga tetap bersyukur, walau diberi anak seperti Jovi, beliau akan merusaha merawat dan melindungi ciptaanNya.


...

Gue diam, terenyuh.
Sambil melihat mereka satu persatu yang berebut untuk foto dengan gue, gue ngerasa beruntung banget.
Belajar dari anak-anak yang selalu ceria dan merasa semua akan selalu baik-baik saja walau keadaan sebenarnya yang buat gue ga habis pikir, ada beratus-ratus manusia, ratusan keluarga, yang berada sangat dekat dengan rel kereta api, kira-kira jarak 2 meter dapat bertahan hidup dibawah kebisingan KA, rumah yang goyang ketika KA lewat, dan kerawanan korban yang dilindas KA ketika melintas. Gue yang sering marah-marah ke adik gue kalau dia muter musik kuat-kuat, bagaimana jika gue tinggal di rel? Apakah gue bisa marah kepada KA?

Orang tua putri yang buta, demi anak-anaknya, rela bersusah payah mencari uang untuk makan dan sekolah. Luar biasa.
Sama seperti orangtua gue, yang siang malam kerja tanpa henti, sampai lupa makan dan akhirnya kadang terkena maag. Lalu, gue disini hanya malas-malasan sesuka hati mau makan apa, makanan murah, dan sampai yang sangat mahalpun gue udah coba. Kalau uang habis, tinggal telpon dan merengek-rengek minta uang tambahan. Menghabiskan gampang, mencarinya? Apakah gue sanggup seperti usaha mereka nyari biaya untuk keborosan gue?

Melihat Rian yang ditinggal sibuk oleh orang tua nya bikin gue teringat sama orangtua gue di rumah, mereka super duper sibuk. Demi apa? Jelas, demi keempat anaknya, terlebih untuk ketiga anaknya di luar kota, gue, adek gue yg cewek, dan abang gue. Kadang, ketika memiliki waktu luang, nyokap atau bokap nyempatin buat nelpon-nelpon sekedar nanya lagi apa, udah makan, dan kadang pertanyaan yang gue rasa ga penting untuk dibahas. Kadang gue jawab singkat2 aja supaya cepat nelponnya.
Nyokap bokap sering nyuruh kami pulang ke rumah kalo weekend, tapi karna capek dan terlebih males berada di bus selama 2 jam, sering kami membuat alasan untuk ga pulang.
Sampai suatu ketika, bokap gue nelpon. Beliau seperti biasa nanya-nanya keseharian gue, gue jawabnya singkat-singkat aja. Tiba-tiba bokap bilang gini 'kakak udah hampir dua bulan ga pulang, pulanglah, bapak rindu liat boru bapak' (boru=panggilan sayang kepada anak perempuan) nyesss, kayanya jantung gue langsung sakit, kaya ditusuk gitu. Kata-kata bokap gue berhasil buat gue nangis. Jahat banget gue sama bokap, sampai-sampai gue anaknya, tega ga pulang ke rumah karna alasan males dijalan. Bokap yang selalu nelpon di waktu luang dia yang ga banyak, bokap yang langsung cair denger rengekan boru nya minta uang tambahan, bokap yang ternyata merindukan borunya berada dirumah, bercerita dengannya atau bahkan kadang hanya melihat gue aja bokap kadang diam-diam tersenyum senang. Gue jahat, bokap nyokap yang begitu peduli dengan kami anaknya, tetapi direspon cuek seperti tidak ingin membuka diri.

Dari pengalaman gue hari ini, gue semakin mengerti kehidupan. Ketika kita kecewa dan merasa tidak bahagia dengan apa yang Dia beri, lihatlah kebawah, mereka yang berbahagia walau hanya diberi sedikit, bahkan sangat sedikit terhadap sesuatu yang kita miliki lebih dari cukup.

Thanks Jesus Christ
U give me my super Father & Mother
U gives happiness and fortune that was enough.
Families who care, good education, and everything that makes me thankful for Your blessings, God..

Mantan Baru

Hi guys!! Apa khabhaarrr? hatchii!!
Knapa gue jadi bershinnhatchiiiii ya?
*nyapu2 debu yg ada , buang tai tikus dipojokan, bunuh kecoa sama laba2 yg berserakan di area ni blog*

*tiga jam kemudian*

Hufff, ahkirnya bisa bernafas lega stelah bersih2in blog yg hampir gue lupa password nya ini #bloggerkurangajar

Terakhir gue menjamah ni blog beberapa abad yg lalu, kebetulan tu lagi Zamannya Firaun pake behel, nongkrong di cafe, sama lagi suka joget shufflein.
Sekarang udah ganti lagi ni zaman, katanya sih, pas lagi zamannya patah hati trus suka curhat sama temen and ujung2nya friendzone deh #eh

Okee, skarang gue lagi pengen ngebahas masalah mantan gue yg baru putus bbrapa minggu yg lalu. Ohiya, kmaren ga ada crita tntang doi yah gue.
Singkatnya ni, doi brinisial HA, anak coas di RS deket kostan gue.
Nah, gue mau ngupas habis tentang kisah singkat kita.
*bakar menyan* *berharap doi ga baca*

Temen gue ngenalin HA dengan kalimat sempurna 'nih, gue kasih lo knalan anak coas, anaknya baik, ramah, jomblo, and tajir. Gunakan secara bijaksana, tp ingat! Jangan bawa perasaan dulu, dan satu lagi! Jangan percaya2 bngt kalo dia ngmng, krna dasarnya cuma 1! Smua cwok sama. Kalo ga bajingan, brrti dia homo!'
Glek!!
Gue mikir berulang ulang, kalimat 'gunakan dengan bijaksana' itu apaaa?? Emang lo kata gue lagi dapet warisan dari lo, sehingga stelah ngucapin kata2 itu, lo langsung ngikut malaikat pencabut nyawa?
Satu lagi, 'smua cwo sama. Kalo ga bajingan, bbrti dia homo!'
Ee buset, apa emang gitu pasalnya? Parah bener dah. Gue cuma nyengir2 aja wktu tmen gue itu ngomong kata2 random yg sulit dicerna itu sama gue.

PDKT beberapa lama, sumpah! Gue sempat bingung, gue lagi deket sama malaikat tanpa sayap atau sama ketua umum program jalinan kasih?
HA baik banget, pinter, sopan, care. Ga ada kurang! Yang kurang cumaa,.. Ah, sudahlah, masalah fisik nanti gue cerita di akhir tulisan ini.
Pas HA nembak gue, momennya ga bgitu romantis, di balkon kontrakan lntai 2, malam hari, sambil lihat langit disertai bintang2, suasa nyaman, disertai tawa kecil yg menambah rasa hangat diantara kita. Hingga keheningan terjadi ktika HA megang tangan gue, doi gemeter, keringatnya becucuran, sambil natap mata gue, pelan tapi pasti, doi bilang... 'perut aku mules, sesak boker'
Azzz, bukan-bukann, HA akhirnya nyatain kalo dia pengen gue jdi pacarnya, dan pengen slalu didekatnya. Disitu juga gue nerima dengan alasan gue suka juga sama doi, padahal krna gue takut kalo nolak bakal didorong dari balkon sampe jatuh dan patah tulang. Dari pada gue patah tulang, mending kita pacaran..

Kita pun pacaran..
Kita telfonan, kita bbman, breakfast, lunch, dinner, jalan-jalan. Dan kita bahagia.. Kita telfonan, kita bbman, lunch, dinner, jalan-jalan. Dan kita bahagia.. Kita telfonan, kita bbman, dinner, jalan-jalan. Dan kita bahagia.. Kita telfonan, kita bbman, dinner. Dan kita bosan..

Pada akhirnya, kita mulai punya 'jarak' dan sering terjadi miskomunikasi.
Lalu..
*puter lagu kerispatih- cinta putih*
*wait! Gue nangis dulu*
Hmm, HA selingkuh, gue ga tau pastinya sama siapa, yg jelas doi ngaku udah godain cwe lain dan mnta maaf, dan gamau pisah.
Gue udah kekeuh sama keputusan gue, kalo keputusan yang udah gue putuskan terlebih karena gue udah memutuskan keputusan gue ini dari hati yg terdalam, gue memutuskan bahwa keputusan yang telah gue putuskan ituuuu arghhh intinya itu kita harus putus!

Dan, gue nangis. Ya, di depan HA, gue ga habis pikir, orang yg gue kira ketua program jalinan kasih itu trnyata tega nyakitin gue. Ehmm, yaa kebetulan disitu posisi gue udah 'agak' sayang sama doi.

Disini gue jadi teringat ucapan temen gue
'Cowok itu kalo ga homo, ya bajingan'
Oke, gue setuju. Doi bukan homo, dan doi bajingan. Ups, sorry, gue ralat, Doi 'belum' homo, dan sementara ini dia seorang bajingan. Atau juga gue salah, gue juga kan gatau doi itu homo apa kagak, atau slama ini doi buat gue sbagai pacarnya, hanya untuk nutupi kehomoannya gitu?
Bah! Bisa jadi kan dia punya dua gelar 'Mr. Homo and Bajingan ever' Cool!

Gue bisa-bisanya tertipu dan percaya banget sama cowo yg satu ini, smua yg doi lakuin nyata. Gue dulu yakin banget kalo doi sayang sama gue. Eh ternyata ya oma ya omaaa..
Anak coas yg tidak begitu rupawan dan kulit yg agak eksotis, lain dengan fisik dokter yg punya kulit putih bersih, kulit doi hanyalah kulit yg kurang perhatian sunblock atau kebanyakan kena sinar UV, atau juga kelamaan berendam diair ketuban.
Suka hura-hura, dan suka pura-pura hingga akhirnya diputuskan secara cuma-cuma #ehiniapa

Okee, gitu aja crita gue kali ini. Kali aja bermanfaat, dan lain kali lebih hati2 dalam memilih cwo buat mandi di kali #loh

Btw, skarang gue udh brteman baik kok sm HA, dan ga ngebahas2 masalah dulu, DAN gue, memaafkan tapi bukan melupakan :)


Quote:
Don't trust too much. Don't love too much. Because that too much will hurt you so much. #DamnItsTrue

Newer Entries » « Older Entries

Pages

Hello :)

Medan, Indonesia
Saya Dessy.. Sedang dalam proses pencaharian jati diri.. Selalu bersenang hati membantu kawan ataupun lawan dan yang akhirnya sering kali dapat merugikan diri sendiri atas ketidaksadaraan bahwa telah dimanfaatkan. Tapi walaupun begitu tetap bersyukur, paling tidak dapat bermanfaat bagi yang lain.

Pengikut

blog ini 100% dibuat oleh Dessy. Diberdayakan oleh Blogger.

About This Site

sengaja buat blog yang isinya apaaa aja yg ada diotak..

Calender