MOVE ON
Kadang, 2 kata simpel ini bisa bikin orang ga waras. Segala sesuatunya itu selalu dikait-kaitkan dengan masa lalu, terutama mantan.
Mau makan, inget mantan yg dulunya pernah suap-suapan & sepiring berdua walau hasilnya ga kenyang, tapi yg penting mesra. Mau jalan keliling kota, teringat simantan lagi karna dulunya pernah diajakin keliling-keliling makan angin bareng. Mau ngerjain tugas, lagi-lagi inget mantan soalnya dulu pernah malming ngerjain tugas bareng mantan. Semua serba ingat mantan.
Bawaannya itu mellow aja setiap denger musik berirama lembut dan pelan. Bahkan lagu Hymne Guru juga bisa bikin nangis, mungkin karna liriknya sedih, atau kesempatan aja pura-pura sedih menghayati lirik, padahal menangisi nasib sendiri.

Ketika kita masih belum move on dari mantan, kita adalah manusia yang sangat hina. Kenapa harus mengingat masa lalu? Emang punya kantong doraemon buat balik ke masa dulu? Come on, guys! Semua udah berlalu, mantan itu adalah seseorang yang kurang beruntung untuk berada disamping kita seumur hidupnya. Lihat saja kura-kura, walau jalan sangat lamban, tapi sekali pun dia tak pernah melihat ataupun mundur kebelakang. Masak kalah sama kura-kura? Mau jadi apa gedenya ntar?

Ya, gampang banget emang ngomong yang kayak barusan. Tapi, karna tidak dalam situasi patah hati karna pisah dengan orang yang disayang (pacar yg berganti gelar menjadi mantan) maka, sangatlah mudah ngoceh kepada kaum un-movingon.
Gue, kira-kira lebih dari setahun yang lalu, putus sama mantan yang kemarin itu paling gue cintai. Hancur. Kata yang tepat untuk menggambarkan kehidupan gue pasca putus, segalanya gue rasa hambar. Bawaannya pengen nangis aja, ngerasa gue makluk paling malang. Karna telah membiasakan tergantung pada lelaki yang satu itu.
Ga mudah ngejalani proses move on. Gue selalu dapet wejangan-wejangan dari temen-temen, bahwa pasti ada yang lebih baik dari dia.
Disitu gue mikir positif, mau sampai kapan gue begini?
Dan kemudian, gue ngejalani hidup dengan wajar dan membiasakan diri untuk menjaga hati agar ga mellow-mellow lagi, gue nyari kesibukan, gue sering-sering hang-out sama temen-temen. Merasakan indahnya persahabatan, merawat diri, berkenalan dengan laki-laki lain dan membatasi buat sementara tidak jatuh cinta.
Gue menikmati semua nya.
Disitu, gue sadar, bukan hanya pacar yg bisa buat kita bahagia, bukan hanya dia yang sayang sama kita. Lihatlah, begitu banyak yang care sama kita, sahabat-sahabat kita akan selalu ada ketika kita terpuruk seperti itu. Satu lagi, kita telah terlalu mencintai orang lain, sehingga lupa, lupa untuk mencintai diri sendiri. Guys, dulunya kita selalu terikat dan terlalu sibuk mengurus orang lain, sekarang lihat diri kita, apakah pernah memanjakan pribadi kita? Atau membiarkan kita mengambil keputusan atas perintah kepala sendiri? Contoh simpelnya saja, coba jalan sendiri ke suatu mall, belanja apa yang kepala inginkan dan apa yg hati perintahkan dan dengan dikontrol oleh hati nurani. Semua akan berjalan dengan baik, tidak seperti selama ini, kita bagaikan robot yang dikontrol oleh mantan, tidak boleh seperti ini, seperti itu, padahal itu berlainan dengan keinginan sendiri.

Sekarang, gue bener-bener move on. Hal nyatanya saja, dulu gue suka stalking segala kegiatan mantan. Sekarang? Gue biasa aja ketika tau dia jadian dengan pacar barunya. Dan hati gue tenang aja, otak gue cuma ngomong 'oh, gitu ya?'
Gue semakin yakin, gue udah move-on
Emang bener kata-kata

"Biar waktu yang menjawab"
Iya, biarkan semua berjalan sesuai dengan masa nya, hati yg kosong akan terisi, hati yang terisi akan kandas perlahan, dan begitu seterusnya, sampai ketika hati itu akan terisi dan tetap utuh, untuk yang dinamakan cinta sejati.